Rabu, 06 Februari 2013

Lebih dari 13 Ekor Gajah Tewas Diracun

Lebih dari 13 Ekor Gajah Tewas Diracun (tindakan yang secara langsung dapat mendatangkan bencana alam)

Gajah-gajah itu kemungkinan menelan racun yang disebarkan pekerja perkebunan kelapa sawit untuk mengendalikan "hama" agar tidak memakan buah sawit, kata Laurentius Ambu, direktur departemen marga satwa Sabah, negara bagian Malaysia di pulau Kalimantan. Menurutnya, gajah biasanya bepergian seacar berkelompok. Karenanya, kemungkinan jumlah gajah yang mati masih akan bermunculan. "Kami berusaha untuk menyisir lebih banyak wilayah. Firasat saya mungkin ada lebih banyak lagi," katanya kepada AFP. "Saya tidak berpikir ini sebuah kecelakaan."

Ambu mengatakan tiga bangkai yang membusuk ditemukan pada Rabu di wilayah terpencil Gunung Rara Forest Reserve tidak jauh dari tempat para petugas yang menemukan bangkai lainnya dari 10 gajah kerdil, spesies langka dari gajah Asia. Pejabat negara pada Selasa merilis foto dari 10 pachyderms asli, termasuk foto memilukan bayi gajah mengendus ibunya yang mati. Gajah muda tersebut tidak terluka dan telah dibawa ke sebuah taman margasatwa di negara bagian tersebut, kata Ambu.

Seorang ahli kimia mengatakan, laporan tentang 10 hewan yang mati tersebut akan selesai pekan depan dan bisa mengungkapkan penyebab kematian mereka. WWF-Malaysia mengatakan sekitar 1.200 gajah kerdil Borneo, yang lebih kecil dan memiliki fitur lebih bulat dibandingkan ukuran gajah Asia, diperkirakan tersisa di alam liar. Aktivis mengatakan deforestasi -- untuk penebangan dan pembukaan lahan untuk pertanian, terutama perkebunan kelapa sawit -- sangat mengancam habitat gajah dan margasatwa Borneo lainnya yang terancam punah.

Borneo merupakan pulau luas yang dimiliki Malaysia, Indonesia dan Brunei. hutan hujan yang sangat luas di dalamnya, yang dianggap salah satu konsentrasi keanekaragaman hayati terkaya di dunia, menyusut dengan cepat. Gajah liar terus telah dipaksa mengungsi ke daerah hutan yang lebih kecil, sehingga sering menimbulkan konfrontasi dengan manusia. Tapi Ambu mengatakan insiden keracunan tersebut diduga adalah yang pertama di Sabah. Keracunan tersebut diduga karena ulserasi parah dan perdarahan yang ditemukan dalam saluran pencernaan hewan tersebut.

Puluhan petugas margasatwa, polisi dan personel lainnya telah dikirim untuk menyisir cagar alam Gunung Rara untuk mencari korban lain yang mungkin ditemukan. WWF-Malaysia dalam sebuah pernyataan menyalahkan kematian itu pada penebangan hutan parah yang dilakukan oleh para perintis, yang memaksa gajah "untuk menemukan makanan dan ruang alternatif, menimbulkan konflik langsung antara manusia dan satwa liar".  “Lanskap hutan sentral di Sabah perlu dilindungi sepenuhnya dari konversi," kata direktur eksekutif Dionysius SK Sharma. WWF-Malaysia juga menyerukan "patroli hutan dalam sekala luas dan reguler" untuk melindungi gajah, tetapi mengakui itu adalah "tugas besar" yang melibatkan daerah yang luas dan besar.

Perkebunan kelapa sawit dianggap sebagai ancaman besar bagi hutan hujan di negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia - -sumber dari 85 persen dari pasokan minyak sawit dunia. Kelapa sawit mewakili sekitar 35 persen pasar minyak nabati dunia. Namun produksinya diperkirakan akan melambung karena sifatnya yang fleksibel, hasil minyak yang relatif tinggi dan kepentingan ekonomi bagi masyarakat lokal.